Kamis, 14 Juli 2011

Bila Kita Terjatuh Keatas



Bila kita terjatuh keatas; aku menginginkannya.



Terjatuh,lalu bangkit,tersandung batu, jatuh lagi,bangun dengan kaki yang tak lagi utuh,tapi untuk yang kesekian kalinya harus kembali terjatuh.

Tak pernah mengerti,pada jatuh yang terakhir,saat tak sadarkan diri dan terbaring, seseorang menatapku,mendapati konyolnya seseorang yang terkulai lemas karena terjatuh berulang kali. Satu hal yang pasti: Aku tak bisa melihatnya apakah dia melihatku,matanya kecil,indah.
***


Ia membiarkan aku terjatuh keatas,tepat searah anak tangga, jatuh menuju puncak bukit kuburan cina. Sesaat ditengah perjalanan tak kutemukan ia,karena ini semua seperti fatamorgana, ada namun sebenarnya tidak. Aku teruskan bergulung menyusuri anak tangga menuju puncak bukit. Menapakinya dengan putaran dan semilir angin, aku ingin melihatnya, layaknya ia melihatku setiap saat, ketika terjatuh. Hingga aku mendapatinya. tepat beberapa waktu lalu saat aku mengawali bergulung lalu. hanya perasaan. Ia tak mungkin dipegang,karena bisa jadi ia memang tak tersentuh, olehku,oleh onak,oleh otak,perasaan dan pikiran.Tak tahu, siang menyengat seperti ini alu-alu berbunyi riuh. Lalu aku duduk,sembari bersandar kelelahan pada nisan bertuliskan Soe Hoek Gie(Sudarmanto).Angin yang sejuk turun dari atas bukit,menyapaku sejenak,berbicara dan melakukan bujukan untuk beberapa saat memikirkan gadis itu. wow, betapa terkejutnya aku. Pohon kamboja itu berbunga tiba-tiba, dan ram tam tam,
aku menoleh kekanan, gadis itu datang,lalu bersandar di lengan kiriku. Ia membanjiriku dengan air mata, hingga beberapa saat kami memakan cerita-cerita tentang perasaan. Tuhan, aku menginginkannya.

Tidak ada komentar: