puisi oleh: Marwi "ocol" Hendrianto
mengalir perlahan,
memenuhi ruangan tak bertuan
secarik makna, meninggalkan arti pada langkah kaki yang tertinggal
sore merenda awan putih berarak menjadi jingga
menerbangkannya menuju kegelapan,
tempat dimana kita menatap sayu terang-gelap,
dengan bahasa diam yang teramat bising
lintas
dimanakah,
tertinggal namamu, diparuh waktu sebelum malam,
dua kali
saat sebelum orang terlelap
bermain angan-angan, keyakinan, dan harapan kepupusasaan
terbaring dalam rongga nafas
menghelanya panjang,
menghirupnya kembali, sesaat sebelum udara kembali mengisi
rongga paru
sementara tuan beban perlahan melambaikan tangan,
oh harapan
pagi,
dengan pelangi yang memukau,
kilau takjub dan masa depan tabu
bocah hujan,
tetesnya berteman dengan keceriaan
suka cita, haru dalam tawa
sementara mengingatmu disini, sendiri,
berteman kopi,
membagi
saat-saat gelagat tawa belum terucap,
ada kejadian yang tertanam dalam harap, terbungkus kembali oleh penat,
membagi
imaji, disudut sisi dari sebuah perahu yang berlayar melintas pergi
membagi,
membiarkanmu pergi dari imaji
bocah hujan
tetesnya berteman dengan keceriaan
aku memandagmu dua kali sepagi
tiga kali dalam tiupan sebelum mengucap doa,
berjalanlah perlahan,
dunia menemanimu
(jogja 16 maret 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar